Topic outline

  • BLOK 11 (ENDODONTIC DISEASE)

    GAMBARAN BLOK

    Endodontic Diseases merupakan blok keempat belas dari kurikulum tahap sarjana (S1) di Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Capaian pembelajaran blok ini meliputi pembelajaran sikap, keterampilan umum, serta pengetahuan dan keterampilan khusus yang telah disesuaikan dengan Kurikulum Perguruan Tinggi (KPT) yang ditetapkan oleh DIKTI.

    Blok ini berisi kajian mengenai macam-macam penyakit, rencana perawatan dan prognosis pada bidang endodontik. Kajian kritis tentang Evidenced Based Dentistry (EBD) yang berkaitan dengan penyakit endodontik juga menjadi salah satu keterampilan yang diajarkan dalam pembelajaran blok. Prinsip dasar dari sikap, norma dan etika hukum sebagai seorang dokter gigi yang islami juga diajarkan dalam capaian pembelajaran blok ini sebagai bahan kajian bermuatan lokal. Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (SKDGI) yang merupakan acuan dalam pembelajaran blok ini adalah kompetensi di dalam domain 1, domain 2, domain 3 dan domain 4.

    Mahasiswa diharapkan dapat mengintegrasikan ilmu dan teori yang telah didapatkan dari blok-blok terdahulu sehingga mampu mendalami mengenai penyakit endodontik dari segi patofisiologi hingga ke rencana perawatan dan prognosis. Penguasaan dasar etika-hukum dan komunikasi efektif juga menjadi tujuan pembelajaran dari blok ini, sehingga kompetensi dari sikap profesional dan komunikasi dokter pasien akan menjadi bagian tidak terpisahkan dari keterampilan klinik yang dikuasai mahasiswa kedokteran gigi UMY.

     

    TIM BLOK

    drg. Nia Wijayanti, Sp.KG (Penanggung Jawab)

    drg. Hartanti Putri Utami, Sp.KG (Wakil Penanggung Jawab)

    drg. Regia Aristiyanto, MMR, Sp.KG (Penanggung Jawab Konten Skill Lab)

  • TUTORIAL 1 DAN 2 - PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

    SCENARIO

    A twenty-two-year-old woman came to a dentist complained of pain in the right upper and lower posterior tooth. Past dental history showed the tooth had a cavity since 7 months ago and will show pain when the tooth is filled with debris and cold water. Two months ago the tooth showed throbbing pain and the pain was gone after drink some analgetic. The night before the tooth showed severe pain which feels to the head and ears. She can show which tooth was feeling severe pain.

    Objective examination showed:

    Teeth 14: mesiooclusal cavity with dentin depth

    Sondation: + (pain)

    Percussion:  -

    Palpation: -

    Vitality test (thermal test): + (pain around 1 minute)

    The radiograph showed: radiolucent area in the mesio occlusal crown approaching the mesial pulp horn approximately and there is a widening in the periodontal ligament.

    Teeth 46: occlusal cavity with dentin depth

    Sondation: + (pain)

    Percussion: -

    Palpation: -

    Vitality Test (thermal test) : + (pain around 2 seconds)

    The radiograph showed: radiolucent area in the occlusal crown approaching mesial pulp horn approximately.

    Discuss the above case with Seven Jumps!

    • TUTORIAL 3 - CASE BASED LEARNING (CBL) 1

      SCENARIO

      A twenty-five years old woman complained of pain in the lower posterior right teeth. Past dental history showed large cavity and tooth feel pain when contacted with sweet food and cold water, the pain feels around 4 seconds.

      Objective examination showed:

      Teeth 46: occlusal cavity with dentin depth

      Sondation: + (pain)

      Percussion: -

      Palpation: -

      Vitality test (thermal test)  : + (pain around 5 seconds)

      The radiograph showed a radiolucent area in the occlusal approaching pulp horn. Periapical tissue shows normal condition.

      When the dentist excavates caries there is a perforation on the pulp horn around 0,5 mm (pin point).

    • TUTORIAL 4 - CASE BASED LEARNING (CBL) 2

      SCENARIO

      A twenty-seven years old male came to RSGM UMY with complaints of anterior upper teeth feel pain and gum swelling. Past dental history showed tooth been fractured since 2 years ago and feel pain, but the pain disappeared in 5 days. Since 3 days ago, teeth feel pain and after analgetic intake, the pain doesn't heal.

      Objective examination:

      Teeth 21: horizontal crown fractured to incisal third, pulp doesn't exposed.

      Sondation:  –

      Percussion: +

      Palpation :  +

      Vitality test (EPT):  reach 80 score

      Radiograph examination:

      Crown: radiolucent area reach incisal third

      Tooth root: single root with straight root canal

      Lamina dura: discontinue in apical third

      Periodontal ligament: widening in the periodontal ligament

      Periapical: diffused radiolucent area around 2mm diameter

      • TUTORIAL 5 - TUTORIAL IN ENGLISH

        SCENARIO

        Nine years old boy and his mother come to a dentist with a complaint of the upper anterior tooth which fractured 1 day ago and feel pain.

        Objective examination:

        Teeth 11: half-crown fractures with exposed pulp.

        Sondation = +

        Percussion = +

        Palpasion = -

        Vitality test (thermal test with CE) = +

        Radiograph examination showed:

        Crown: radiolucent area reach half-crown and pulp

        Root: wide and straight root canal with open apex

        Lamina dura: in normal condition

        Periodontal ligament: widening in apical third

        Periapical: in normal condition

        Discuss this case in the group with the tutor as a facilitator in English!

        (Tutorial in English just one time)

        • SKILL LAB APEKS LOKATOR DAN RUBBER DAM

          Alat dan bahan:

          1. K-file
          2. Endoblok
          3. Apeks locator
          4. Rubber dam set

          Suplemen (Electronic Apex Locator)

          Electronic Apex Locator (EAL) merupakan alat yang digunakan untuk membantu menentukan panjang kerja dalam perawatan saluran akar selain teknik radiograf, taktil dan penggunaan paper point. Penggunaan teknik taktil dan paper point semakin jarang digunakan karena tingkat akurasi yang tidak baik, sedangkan penggunaan radiograf masih digunakan dan menjadi standar prosedur perawatan saluran yang dikombinasikan dengan penggunaan EAL. Penggunaan EAL yang dikombinasikan dengan radiograf dilaporkan mampu meningkatkan kualitas pengukuran saluran akar (risiko distorsi pada radiograf), serta mengurangi paparan radiograf.

          EAL merupakan alat yang bekerja berdasarkan prinsip electrical resistance pada membran mukosa dan jaringan periodontal dengan arus 6,5kΩ pada setiap bagian dari jaringan periodontal. Custer (1918) merupakan orang yang pertama mengukur panjang saluran akar menggunakan arus listrik. Perkembangan selanjutnya dilakukan oleh Suzuki (1942) yang memperlihatkan kekonsistenan dari electrical resistance antara instrumen di dalam saluran akar dan elektroda yang dipasangkan pada membran mukosa mulut dan cara kerja tersebut dapat mengukur panjang saluran akar. Tahun 1962, Sunada mengembangkan EAL komersial dengan merancang sebuah alat yang dapat digunakan langsung untuk mengukur panjang saluran akar.

          EAL generasi pertama bekerja berdasarkan resistensi antara dua elektroda untuk menentukan lokasi dentin-cemento junction di dalam saluran. Generasi pertama EAL berupa the   root canal meter (Onuki Medical Co., Tokyo, Japan) yang dikembangkan pada tahun 1969. Generasi pertama EAL ini menggunakan metode hambatan dan arus bolak-balik pada 150 Hz. Kelemahan alat generasi pertama ini adalah adanya electric shock (rasa sakit) yang sering dirasakan pasien karena arus yang digunakan adalah arus yang besar, sehingga pengembangan dilakukan dengan merilis Endodontic Meter dan Endodontic Meter S II (Onuki Medical Co.) yang menggunakan arus kurang dari 5 μA. Alat lain generasi pertama adalah Dentometer (Dahlin Electromedicine, Kopenhagen, Denmark) dan Endo Radar (Elettronica Liarre, Imola, Italia). Alat ini dilaporkan tidak menghasilkan pengukuran yang lebih baik dibandingkan dengan radiograf, dengan hasil lebih panjang atau lebih pendek secara signifikan dari panjang kerja yang diterima. Generasi kedua EAL menggunakan single frequency impedance yang mengukur panjang saluran akar menggunakan frekuensi yang berbeda. Beberapa produk dari generasi kedua ini telah dilengkapi dengan bunyi beep ketika ujung instrumen menyentuh ujung saluran akar. Kelemahan EAL generasi kedua adalah intoleran terhadap cairan, sehingga tidak dapat digunakan jika berkontak langsung dengan larutan irigasi seperti sodium hipoklorit dan cairan konduktif lainnya di dalam saluran akar. Generasi ketiga EAL hampir menyerupai generasi kedua. Alat ini menggunakan berbagai macam frekuensi untuk menentukan panjang dari saluran akar, serta memiliki perangkat yang lebih canggih (mikroprosesor dan mampu memproses perhitungan algoritma) dan akurat dengan tingkat akurasi mencapat 80%-90%. EAL generasi keempat berbasi resistansi dan kapasitansi dalam komponen utamanya, sehingga mampu meminimalisir kesalahan pembacaan karena kombinasi yang berbeda dari EAL generasi keempat ini memberikan pembacaan impedansi yang sama. Beberapa frekuensi yang digunakan dapat mengkompensasi kondisi saluran akar, sehingga EAL generasi ini diklaim lebih toleran terhadap kelembapan. Tahap perkembangan EAL selanjutnya telah banyak dilaporkan. EAL yang lebih modern mampu mendeteksi perforasi akar hingga batas yang dapat diterima secara klinis dan mampu membedakan adanya perforasi besar dan kecil dalam saluran akar. Selain itu, EAL juga telah dilaporkan mampu mendeteksi adanya koneksi antara saluran akar dan membran periodontal seperti pada kasus fraktur akar, crack dan resorpsi internal atau eksternal. Inovasi lain yang telah banyak berkembang saat ini adalah penggabungan (integrasi) EAL dengan motor endodontik, sehingga kontrol panjang kerja saluran akar lebih mudah dilakukan.

          Pada generasi terbaru, komponen EAL umumnya terdiri dari 1) Elements Diagnostic Unit, 2) file clip, 3) vitality probes, 4) lip hook, 5) satellite (tidak selalu ada). Elements Diagnostic Unit (EDU) merupakan komponen utama EAL yang berfungsi untuk memproses pengukuran panjang saluran akar, kemudian menampilkan hasil pengukuran melalui monitor digital dengan tampilan yang informatif, sehingga pembacaan lebih mudah dibaca. Sebagian besar EAL generasi terkini dilengkapi fitur bungi beep untuk menambah informasi pembacaan pengukuran panjang saluran akar. File clip dan vitality probe merupakan bagian dari EAL yang disentuhkan pada file endodontik yang masuk ke dalam saluran akar, sehingga menghubungkan arus listrik dari saluran akar ke EDU, sedangkan lip hook adalah bagian dari EAL yang dipasangkan pada sudut bibir pasien saat pengukuran panjang kerja.

           

          Keterangan: A, Elements Diagnostic Unit; B, file clip; C, vitality probes; D, lip hook; E, satellite

          Sumber: Ingle, S., 2008, Endodontic, 6th ed, Mosby

           

          Suplemen (Rubber Dam)

          Tahapan pemasangan rubber dam:

          1. Tentukan elemen gigi yang akan dipasang, kemudian tentukan jenis clamp.
          2. Siapkan rubber sheet lalu dipetakan pada rubber stamp dan elemen gigi yang akan dipasang rubber dam ditandai dengan spidol/bolpoin.
          3. Ambil rubber punch dan tentukan ukuran lubang sesuai elemen gigi dan ukuran gigi (gigi anterior lubang nomor 1-2 dan gigi posterior lubang nomor 3-4).
          4. Lubangi rubber sheet pada bagian yang sudah ditandai dengan rubber punch.
          5. Pasang clamp pada rubber sheet menggunakan forcep, kemudian pasang ke elemen gigi yang telah ditentukan, hingga bagian servikal gigi.
          6. Rapikan rubber sheet yang masih menutupi clamp dengan plastis instrumen.
          7. Pasangkan rubber dam frame.

          • SKILL LAB PERAWATAN SALURAN AKAR

            Pembukaan Akses, Ekstirpasi, Pengukuran Panjang Kerja, Preparasi Saluran Akar dan Medikasi Saluran Akar

            Alat dan bahan:

            1. Gigi anterior (gigi asli atau phantom)

            2. Bur open akses (bur bulat atau endo access dan bur fissure atau diamendo)

            3. Sonde lurus

            4. Plastis instrument

            5. Alat diagnostik

            6. Barbed broach

            7. K-file ukuran 15-40 dan 45-80

            8. H-file ukuran 15-80

            9. Endoblok

            10. Jarum irigasi

            11. Glass plate dan spatula stainless steel

            12. Larutan irigasi (saline, NaOCl, EDTA)

            13. Cavit

            14. Paper point

            15. Kalsium hidroksida

            16. Lentulo

             Tahapan perawatan:

            1. Gigi anterior dibuat outline form untuk pembukaan akses

            2. Menggunakan bur diamond round /endo acces bur pada bagian yang sudah ditandai dilakukan pembukaan akses dengan sudut 45 derajat terhadap aksis gigi, setelah menembus kamar pulpa, dilanjutkan dengan bur fissure/diamendo dengan sudut sesuai aksis gigi, sambil melebarkan akses ke arah mesial distal, hingga akses terbuka dengan baik.

            3. Penelusuran dengan sonde lurus dan jarum miller atau K-file nomor 8 atau 10 hingga 2/3 panjang kerja perkiraan

            4. Ekstirpasi pulpa menggunakan barbed broach dari ukuran kecil hingga besar (disesuaikan dengan ukuran saluran akar), serta dilakukan irigasi disetiap pergantian ukuran barbed broach.

            5. Keringkan saluran akar dengan paper point, selanjutnya penentuan panjang kerja.

            6. Panjang kerja ditentukan dengan metode observasi langsung (panjang kerja = panjang gigi-1 mm).

            7. Mencoba memasukkan file yang sesuai panjang kerja dan paling pas

            8. Setelah didapatkan panjang kerja, maka dibuat tabel kerja sesuai dengan metode preparasi yang akan dilakukan (yang akan digunakan adalah metode preparasi step back)

            9. Pada metode preparasi step back, preparasi diawali dengan penentuan IAF (initial apikal file) yaitu file dengan ukuran yang paling sesuai yang bisa masuk sesuai panjang kerja. Setelah ditemukan IAF maka akan dilanjutkan preparasi 1/3 apikal, disetiap pergantian file akan dilakukan rekapitulasi dengan file ukuran sebelumnya dan dilakukan irigasi.

            10. Penentuan MAF (minimal naik 3 nomor file dari IAF serta telah mencapai tug back dan atau white dentin) ditandai dengan tidak adanya debris pada ulir file.

            11. Setelah mendapatkan MAF dilanjutkan dengan preparasi badan saluran akar, dimana setiap kenaikan file panjang kerja dikurangi 1 mm untuk mendapatkan bentuk  corong. Lakukan rekapitulasi dengan file MAF dan irigasi setiap pergantian file.

            12. Lakukan finishing dengan menggunakan Headstrom file sesuai dengan nomor MAF dan panjang kerja MAF.

            13. Keringkan saluran akar dengan paper point dan pemberian bahan dresing.

            14. Apabila menggunakan bahan dressing kalsium hidroksid (manipulasi dengan glass plate dan spatula stainles hingga homogen lalu diaplikasikan di saluran akar dengan lentulo), apabila menggunakan cresophene dengan menggunakan kapas kecil yang ditetesi cresophene lalu diperas dengan kapas yang lebih besar hingga kering, dan diaplikasikan di kamar pulpa)

            15. Setelah diberi bahan dresing lalu ditutup dengan tumpatan sementara yang diaplikasikan dengan plastis instrumen.

             

            Obturasi Saluran Akar

            Alat dan bahan:

            1. Larutan irigasi

            2. Jarum irigasi

            3. Paper point

            4. Guta perca

            5. Sealer (endometason dan eugenol)

            6. Lentulo

            7. Plastis instrumen

            8. Perhidrol

            9. Alat diagnostik

            10. Spreader dan plugger

            11. Glass plate dan spatula stainless steel

            12. Lampu spiritus

            13. Cavit SIK tipe lining

            Tahapan perawatan:

            1. Pembukaan tumpatan sementara dan pembersihan bahan dresing dengan larutan irigasi dan dikeringkan dengan paper point.

            2. Penentuan MAC (Master Apical cone)

            3. Melakukan uji tes bakteri, dengan cara meletakkan paper poin sesuai ukuran MAC pada saluran akar yang telah dikeringkan selama 30 detik, lalu paper poin dimasukkan pada larutan perhidrol, dan dilihat apabila masih ada gelembung maka saluran akar masih ada bakteri dan bisa dilakukan dressing ulang, apabila sudah tidak ada gelembung maka sudah tidak ada bakteri dan dapat dilanjutkkan dengan obturasi.

            4. Sealer obturasi dilakukan manipulasi di glass plate dengan spatula stainles dan diaplikasikan di saluran akar dengan lentulo yang sesuai ukuran MAC dan menggunakan rubber stop sesuai PK.

            5. MAC dibaluri dengan sealer sebelum diaplikasikan dalam saluran akar, lalu dilakukan kondensasi lateral menggunakan finger spreader, dilanjutkan dengan penambahan guta perca asesoris dengan ukuran yang lebih kecil dari MAC dan dikondensasi lagi dengan finger spreader, dilakukan seterusnya hingga saluran akar penuh dan fingger spreader tidak bisa dimasukkan lagi.

            6. Pemotongan gutaperca hingga batas 2 mm ke arah apikal dari orifis dengan heat carrier plugger yang dipanaskan pada lampu spiritus.

            7. Manipulasi SIK tipe lining dan pengaplikasian pada orifis, ditunggu hingga setting

            8. Pemberian tumpatan sementara pada kavitas.

            • SKILL LAB KAPING PULPA DAN PULPOTOMI

              Kaping Pulpa

              Alat dan bahan:

              1. Alat diagnostik
              2. Bur preparasi (bur bulat diamond, bur fisur diamond, dan bur bulat metal/tungsten carbide bur)
              3. Ball applicator dan Plastis instrumen
              4. Spatula agate dan paper pad
              5. Chlorhexidine digluconate 2%
              6. Kalsium hidroksid hard setting
              7. Semen ionomer kaca tipe 3 (lining)
              8. Dentin conditioner
              9. Alkohol
              10. Tumpatan sementara (cavit)
              11. Cotton roll dan cotton pellet
              12. Gigi posterior (asli atau phantom yang dipasang pada dental simulator)

               Tahap pekerjaan:

              1. Gigi posterior terlebih dahulu dipasang pada dental simulator.
              2. Isolasi gigi dengan rubber dam atau cotton roll.
              3. Pembukaan kavitas dan pembersihan karies pada email dengan bur bulat diamond, selanjutnya menghilangkan email yang tidak didukung dentin dan pembentukan kavitas dengan bur fisur diamond.
              4. Pembersihan karies pada jaringan dentin dengan bur bulat metal/tungsten carbide bur dan ekskavator.
              5. Aplikasi dentin conditioner pada kavitas dengan cotton pellet (atau microbrush) selama 10 detik, kemudian dibilas dengan water syringe dan dikeringkan.
              6. Sterilisasi kavitas menggunakan chlorhexidine digluconate 2% dengan cotton pellet, kemudian keringkan.
              7. Manipulasi kalsium hidroksid hard setting dengan mencampur basis dan katalis (perbandingan 1:1) di atas paper pad dengan spatula agate hingga homogen.
              8. Aplikasi kalsium hidroksid hard setting pada titik yang telah ditentukan menggunakan ball apllicator dan ditunggu hingga setting (mengeras), bersihkan jika terdapat ekses kalsium hidroksid hard setting.
              9. Manipulasi semen ionomer kaca sebagai bahan lining dengan mencampur powder dan likuid di atas paper pad dengan spatula agate hingga homogen.
              10. Aplikasikan semen ionomer kaca pada kavitas hingga menutupi kalsium hidroksid hard setting dengan plastis instrumen dan ditunggu hingga setting.
              11. Aplikasikan tumpatan sementara dengan plastis instrumen hingga menutupi seluruh kavitas, kemudian padatkan (kondensasi) dengan cotton pellet yang telah dibasahi dengan alkohol.

              Pulpotomi

              Alat dan bahan:

              1. Alat diagnostik
              2. Bur preparasi (bur bulat diamond, bur fisur diamond, dan bur bulat metal/tungsten carbide bur)
              3. Ball applicator dan Plastis instrumen
              4. Spatula agate dan paper pad
              5. Glass plate dan spatula stainless steel
              6. Chlorhexidine digluconate 2%
              7. Kalsium hidroksid powder
              8. Semen ionomer kaca tipe 3 (lining)
              9. Dentin conditioner
              10. Alkohol
              11. Tumpatan sementara (cavit)
              12. Saline atau sodium hipoklorit
              13. Cotton roll dan cotton pellet
              14. Gigi posterior (asli atau phantom yang dipasang pada dental simulator)

               Tahap pekerjaan:

              1. Gigi posterior terlebih dahulu dipasang pada dental simulator.
              2. Anestesi (diskusi), kemudian isolasi gigi dengan rubber dam atau cotton roll.
              3. Pembukaan akses kamar pulpa dengan bur bulat diamond.
              4. Pengambilan pulpa pada kamar pulpa dengan ekskavator steril.
              5. Irigasi kamar pulpa dengan saline untuk membersihkan sisa jaringan pulpa di kamar pulpa.
              6. Kontrol perdarahan (hemostatis) dengan dep (tekan) orifis (dasar kamar pulpa) menggunakan cotton pellet steril yang telah dilembabkan dengan saline atau sodium hipoklorit.
              7. Aplikasi dentin conditioner pada kavitas dengan cotton pellet (atau microbrush) selama 10 detik, hindari dentin conditioner mengenai orifis, kemudian dibilas dengan water syringe dan dikeringkan.
              8. Sterilisasi kavitas menggunakan chlorhexidine digluconate 2% dengan cotton pellet, kemudian keringkan.
              9. Manipulasi kalsium hidroksid tipe suspensi dengan mencampur kalsium hidroksid dan saline atau akuades di atas glass plate menggunakan spatula stainless steel hingga konsistensi pasta kental.
              10. Aplikasi kalsium hidroksid tipe suspensi pada orifis menggunakan ball apllicator, bersihkan jika terdapat ekses kalsium hidroksid.
              11. Manipulasi semen ionomer kaca sebagai bahan lining dengan mencampur powder dan likuid di atas paper pad dengan spatula agate hingga homogen.
              12. Aplikasikan semen ionomer kaca pada kavitas hingga menutupi kalsium hidroksid dengan plastis instrumen dan ditunggu hingga setting.
              13. Aplikasikan tumpatan sementara dengan plastis instrumen hingga menutupi seluruh kavitas, kemudian padatkan (kondensasi) dengan cotton pellet yang telah dibasahi dengan alkohol.

              • SKILL LAB KOMUNIKASI

                Mahasiswa berlatih mempraktikkan cara berkomunikasi antara dokter gigi-pasien dengan bentuk kegiatan role playBacalah skenario yang diberikan, kemudian satu mahasiswa menjadi dokter gigi dan satu mahasiswa (atau instruktur) menjadi pasien. Lakukanlah anamnesis tentang kasus pada pasien tersebut, serta jelaskan diagnosis dan rencana perawatannya.

                Fokus :

                1. Pada cara memberikan pertanyaan terbuka dan tertutup
                2. Pada kemampuan mendengar aktif
                3. Pada cara mengekspresikan bahasa non verbal yang tepat

                Penugasan :

                1. Berbagilah berpasangan (sebagai dokter gigi- pasien).
                2. Lakukanlah praktik komunikasi interpersonal dokter gigi– pasien yang benar (seperti yang telah dilatihkan pada skills lab I) dengan sesama mahasiswa atau instruktur
                3. Masing-masing mahasiswa harus berperan sebagai dokter gigi pada semua skenario yang ada.
                4. Lakukanlah secara bergantian dalam 1 kelompok.
                5. Jika menemui hambatan selama melakukan role play mintalah bimbingan/ feedback dari instruktur

                Materi untuk berlatih komunikasi dengan pasien simulasi (antar teman/instruktur)

                Skenario 1

                Seorang pria usia 9 tahun datang ke dokter gigi diantar oleh orang tuanya dengan keluhan giginya patah dan merasa sangat sakit pada gigi tersebut. Pemeriksaan klinis menunjukkan gigi 11 fraktur diagonal dengan pulpa terbuka sebesar 2 mm, tes perkusi dan palpasi negatif (-) Pemeriksaan radiograf menunjukkan ujung apeks gigi 11 yang belum menutup sempurna dan jaringan periodondal dalam batas normal.

                Skenario 2

                Seorang Wanita usia 35 tahun mengeluhkan gusi pada area kanan bawah bengkak dan sakit. Pemeriksaan klinis menunjukkan gigi 45 terdapat kavitas pada bagian oklusal dan distal mencapai pulpa, tes perkusi dan palpasi positif (+), sedangkan tes vitalitas negatif (-). Gusi pada bagian bukal gigi 45 terdapat pembengkakan yang meluas hingga bagian bukal gigi 46. Pemeriksaan radiograf menunjukkan area radiolusen pada mahkota gigi bagian oklusal dan distal yang mencapai pulpa, serta terdapat area radiolusen di area periapikal berbatas difus dengan diameter 3 mm..

                Skenario 3

                Seorang Pria usia 20 tahun mengeluhkan gigi kiri atas sakit jika untuk minum dingin. Pemeriksaan klinis menunjukkan gigi 24 terdapat bayangan kehitaman (tidak ada kavitas) pada bagian oklusal sisi distal, tes perkusi dan palpasi negatif (-), sedangkan tes vitalitas positif (+). Pemeriksaan radiograf menunjukkan area radiolusen pada mahkota gigi bagian distal mencapai dentin (remaining dentin thickness sekitar 1 mm). Jaringan periodontal dalam batas normal.

                 

                • EVALUASI

                  • Ujian MCQ 2B Quiz
                    Restricted Not available unless: The activity Ujian MCQ 2A is marked complete
                  • Ujian MCQ 2C Quiz
                    Restricted Not available unless: The activity Ujian MCQ 2B is marked complete
                • SELF ASSESSMENT ANGKATAN 2019