DISKUSI ILMIAH

Karies Gigi

Karies Gigi

by 20110340033 Rinda Fitriasari -
Number of replies: 3

Karies gigi

Karies gigi
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
Kerusakan gigi berupa lubang yang disebabkan karies
ICD-10 K02.
ICD-9 521.0
DiseasesDB 29357
MedlinePlus 001055

Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi.[1] Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman perunggu, zaman besi, dan zaman pertengahan.[2] Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan.[2][3] Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia.

Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi.[4] Walaupun apa yang terlihat dapat berbeda, faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjad lubang coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, kadang-kadang diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan seberapa jauh penyakit itu merusak gigi.

Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa.[5][6][7] Asam yang diproduksi tersebut memengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah. Sebuah gigi akan mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH turun menjadi di bawah 5,5, proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi.

Bergantung pada seberapa besarnya tingkat kerusakan gigi, sebuah perawatan dapat dilakukan. Perawatan dapat berupa penyembuhan gigi untuk mengembalikan bentuk, fungsi, dan estetika. Walaupun demikian, belum diketahui cara untuk meregenerasi secara besar-besaran struktur gigi, sehingga organisasi kesehatan gigi terus menjalankan penyuluhan untuk mencegah kerusakan gigi, misalnya dengan menjaga kesehatan gigi dan makanan.[8]

Tanda dan gejala

Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama.[44] Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.

Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis.[1] Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. [45] Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.[46]

Diagnosis

Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer.[47]

Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan eksplorer untuk menemukan karies.[27] Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai terjadi demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan melalui eksplorer dapat merusak dan membuat lubang.

Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil.[rujukan?]

Perawatan

Struktur gigi yang rusak tidak dapat sembuh sempurna, walaupun remineralisasi pada karies yang sangat kecil dapat timbul bila kebersihan dapat dipertahankan.[1] Untuk lesi yang kecil, florida topikal dapat digunakan untuk merangsang remineralisasi. Untuk lesi yang besar dapat diberikan perawatan khusus. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga struktur lainnya dan mencegah perusakan lebih lanjut.[rujukan?]

Amalgam dapat digunakan sebagai media untuk penyembuhan karies.

Secara umum, pengobatan lebih awal akan lebih nyaman dan murah dibandingkan perawatan lanjut karena lubang yang lebih buruk. Anestesi lokal, oksida nitro, atau obat lainnya dapat meredam nyeri.[48] Pembuangan bor dapat membuang struktur yang sudah berlubang. Sebuah alat seperti sendok dapat membersihkan lubang dengan baik.[49] Ketika lubang sudah dibersihkan, maka diperlukan sebuah teknik penyembuhan untuk mengembalikan fungsi dan keadaan estetikanya.

Material untuk penyembuhan meliputi amalgam, resin untuk gigi, porselin, dan emas.[50] Resin dan porselin dapat digunakan untuk menyamakan warna dengan gigi asal dan lebih sering digunakan. Bila bahan di atas tidak dapat digunakan, maka diperlukan zat crown yang terbutat dari emas, porselin atau porselin yang dicampur logam.[rujukan?]

Pada kasus tertentu, diperlukan terapi kanal akar pada gigi.[51] Terapi kanal gigi atau terapi endodontik, direkomendasikan bila pulpa telah mati karena infeksi atau trauma. Saat terapi, pulpa, termasuk saraf dan pembuluh darahnya, dibuang. Bekas gigi akan diberikan material seperti karet yang disebut gutta percha.[52] Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan perawatan karies, bila gigi tersebut telah hancur karena proses pelubangan.[rujukan?]

Pencegahan

Kebersihan mulut

Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik.[8] Kebersihan mulut yang baik diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri. [53] Karies dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur.

Pengaturan makanan

Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan.[34] Gula yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian permen karet dengan xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini telah popler di Finlandia.[54] Efek ini mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme xilitol.[55]

Perlatan medis untuk memberi florida pada gigi.

Tindakan pencegahan lainnya

Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah terbukti menurunkan kasus karies gigi.[56] Florida dapat membuat enbamel resisten terhadap karies.[57] Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih mulut.

Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa pemberian radiasi laser intensitas rendah dengan laser ion argon dapat mencengah karies enamel dan lesi daerah bercak putih.[58] Sedang dikembangkan pula, vaksin untuk melawan bakteri karies. Pada 2004, vaksin ini telah berhasil diujicobakan pada hewan[59], dan uji coba klinis pada manusia pada Mei 2006.[60]

Catatan kaki dan sumber

  1. ^ a b c Dental Cavities, MedlinePlus Medical Encyclopedia, page accessed August 14, 2006.
  2. ^ a b c d e Epidemiology of Dental Disease, hosted on the University of Illinois at Chicago website. Page accessed January 9, 2007.
  3. ^ a b c d e f g h Suddick, Richard P. and Norman O. Harris. "Historical Perspectives of Oral Biology: A Series". Critical Reviews in Oral Biology and Medicine, 1(2), pages 135-151, 1990.
  4. ^ a b Sonis, Stephen T. "Dental Secrets: Questions and Answers Reveal the Secrets to the Principles and Practice of Dentistry." 3rd edition. Hanley & Belfus, Inc., 2003, p. 130. ISBN 1-56053-573-3.
  5. ^ a b Hardie, J.M. (1982). The microbiology of dental caries. Dental Update, 9, 199-208.
  6. ^ a b Holloway, P.J. (1983). The role of sugar in the etiology of dental caries. Journal of Dentistry, 11, 189-213.
  7. ^ a b Rogers A H (editor). (2008). Molecular Oral Microbiology. Caister Academic Press. ISBN 978-1-904455-24-0 . http://www.horizonpress.com/oral2.
  8. ^ a b Oral Health Topics: Cleaning your teeth and gums. Hosted on the American Dental Association website. Page accessed August 15, 2006.
  9. ^ Richards, MP. "A brief review of the archaeological evidence for Palaeolithic and Neolithic subsistence." European Journal of Clinical Nutrition, 56. 2002.
  10. ^ Freeth, Chrissie. "Ancient history of trips to the dentist" British Archaeology, 43, April 1999. Page accessed January 11, 2007.
  11. ^ a b History of Dentistry: Ancient Origins, hosted on the American Dental Association website. Page accessed January 9, 2007.
  12. ^ Dig uncovers ancient roots of dentistry: Tooth drilling goes back 9,000 years in Pakistan, scientists say, hosted on the MSNBC website. Page accessed on January 10, 2007.
  13. ^ Touger-Decker, Riva and Cor van Loveren. Sugars and dental caries, The American Journal of Clinical Nutrition, 78, 2003, pages 881S-892S.
  14. ^ Anderson, T. "Dental treatment in Medieval England", British Dental Journal, 2004, 197, pages 419-425.
  15. ^ Elliott, Jane. Medieval teeth 'better than Baldrick's', hosted on the BBC news website. October 8, 2004. Page accessed January 11, 2007.
  16. ^ Gerabek, W.E. "The tooth-worm: historical aspects of a popular medical belief." Clinical Oral Investigations. March 1999, 3(1), pages 1-6. Abstract hosted on the PubMed here.
  17. ^ McCauley, H. Berton. Pierre Fauchard (1678-1761), hosted on the Pierre Fauchard Academy website. The excerpt comes from a speech given at a Maryland PFA Meeting on March 13, 2001. Page accessed January 17, 2007.
  18. ^ Kleinberg, I. "A mixed-bacteria ecological approach to understanding the role of the oral bacteria in dental caries causation: an alternative to Streptococcus mutans and the specific-plaque hypothesis." Critical Reviews in Oral Biology and Medicine, 13(2), pages 108-125, 2002.
  19. ^ Baehni, P.C. and B. Guggenheim. "Potential of Diagnostic Microbiology for Treatment and Prognosis of Dental Caries and Periodontal Disease". Critical Reviews in Oral Biology and Medicine, 7(3), page 262, 1996.
  20. ^ The World Oral Health Report 2003: Continuous improvement of oral health in the 21st century - the approach of the WHO Global Oral Health Programme, released by the World Health Organization. (File in pdf format.) Page accessed on August 15, 2006.
  21. ^ Healthy People: 2010. Html version hosted on Healthy People.gov website. Page accessed August 13, 2006.
  22. ^ Frequently Asked Questions, hosted on the American Dental Hygiene Association website. Page accessed August 15, 2006.
  23. ^ "Dental caries", from the Disease Control Priorities Project. Page accessed August 15, 2006.
  24. ^ World Health Organization website, "World Water Day 2001: Oral health", page 2, page accessed August 14, 2006.
  25. ^ Summit, James B., J. William Robbins, and Richard S. Schwartz. "Fundamentals of Operative Dentistry: A Contemporary Approach." 2nd edition. Carol Stream, Illinois, Quintessence Publishing Co, Inc, 2001, p. 30. ISBN 0-86715-382-2.
  26. ^ Ash & Nelson, "Wheeler's Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion." 8th edition. Saunders, 2003, p. 13. ISBN 0-7216-9382-2.
  27. ^ a b Summit, James B., J. William Robbins, and Richard S. Schwartz. "Fundamentals of Operative Dentistry: A Contemporary Approach." 2nd edition. Carol Stream, Illinois, Quintessence Publishing Co, Inc, 2001, p. 31. ISBN 0-86715-382-2.
  28. ^ Heatlh Strategy Oral Health Toolkit, hosted by the New Zealand's Ministry of Health. Page accessed on August 15, 2006.
  29. ^ a b Banting, D.W. "The Diagnosis of Root Caries." Presentation to the National Institute of Health Consensus Development Conference on Diagnosis and Management of Dental Caries Throughout Life, in pdf format, hosted on the National Institute of Dental and Craniofacial Research. Page 19. Page accessed on August 15, 2006.
  30. ^ Soames, J.V. and Southam, J.C. (1993). Oral Pathology, second edition, chapter 2 - Dental Caries.
  31. ^ Neville, B.W., Douglas Damm, Carl Allen, Jerry Bouquot. "Oral & Maxillofacial Pathology." 2nd edition, 2002, page 89. ISBN 0-7216-9003-3.
  32. ^ Cate, A.R. Ten. "Oral Histology: development, structure, and function." 5th edition, 1998, p. 1. ISBN 0-8151-2952-1.
  33. ^ Silverstone, L.M. (1983). Remineralization and dental caries: new concepts. Dental Update, 10, 261-273.
  34. ^ a b "Dental Health", hosted on the British Nutrition Foundation website, 2004. Page accessed August 13, 2006.
  35. ^ Dental Caries, hosted on the University of California Los Angeles School of Dentistry website. Page accessed August 14, 2006.
  36. ^ Neville, B.W., Douglas Damm, Carl Allen, Jerry Bouquot. "Oral & Maxillofacial Pathology." 2nd edition, 2002, page 398. ISBN 0-7216-9003-3.
  37. ^ Oral Health Topics A-Z: Dry Mouth, hosted on the American Dental Association website. Page accessed January 8, 2007.
  38. ^ Oral Complications of Chemotherapy and Head/Neck Radiation, hosted on the National Cancer Institute website. Page accessed January 8, 2007.
  39. ^ Neville, B.W., Douglas Damm, Carl Allen, Jerry Bouquot. "Oral & Maxillofacial Pathology." 2nd edition, 2002, page 347. ISBN 0-7216-9003-3.
  40. ^ Tobacco Use Increases the Risk of Gum Disease, hosted on the American Academy of Periodontology. Page accessed on January 9, 2007.
  41. ^ ADA Early Childhood Tooth Decay (Baby Bottle Tooth Decay). Hosted on the American Dental Association website. Page accessed August 14, 2006.
  42. ^ Radiographic Classification of Caries. Hosted on the Ohio State University website. Page accessed August 14, 2006.
In reply to 20110340033 Rinda Fitriasari

Nindya ratna angganararas 20110340003

by 20110340003 Nindya Ratna Angganararas -

Karies, Musuh Utamanya Para pakar gigi mengingatkan agar jangan menyepelekan gigi yang berlubang.Bujukan ketiga berhasil membawa Narina (7 tahun) ke dokter gigi. Badannya demam, pipi kirinya sedikit bengkak. “Waktu saya suruh dia buka mulut, uups…” kata Siti Aessa, ibunya, sambil mengibaskan tangan di depan hidungnya.Rupanya, satu gigi geraham bawah sebelah kiri Narina berlubang. Parahnya, gusinya pun membengkak. Sang bunda tak kaget. Si bungsu penggemar cokelat wafer itu malas gosok gigi. “Harus selalu diingat-ingatkan,” ujarnya. Namun, ia tak pernah memaksa. “Saya pikir, gigi susu ini sebentar lagi juga ganti.”Nar punya banyak teman. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan tahun 2007, 89 persen anakanak di bawah usia 12 tahun mengalami karies atau gigi berlubang.Nar juga punya banyak teman sesama perempuan. Riset yang sama menunjukkan, pasien penderita karies berjenis kelamin perempuan sebanyak 24,5 persen, sementara laki-laki hanya 22,5 persen.Data tersebut diperkuat lagi dengan disertasi Doktor Muhammad Fahlevi Rizal yang menyebutkan, 85 persen anak balita (bawah lima tahun) di Indonesia mengalami karies. Sementara itu, penelitian lain yang dilakukan tahun 2009 memaparkan data, anak usia satu tahun mengalami karies sebanyak lima persen, dua tahun 10 persen, tiga tahun 40 persen, empat tahun 55 persen, dan lima tahun 75 persen.Karies bukan masalah anak Indonesia semata. Bahkan di tingkat dunia, pada 2003, Orga nisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sudah menyata kan, angka kejadian karies pada anak mencapai 60–90 persen. Mungkin tak berlebihan bila karies disebut sebagai musuh utama bagi gigi anak.Berkembang ke dalam Karies, jelas Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) Prof Edi Hartini Sundoro, merupakan daerah yang membusuk di dalam gigi. Prosesnya bertahap melarutkan email (lapisan luar gigi) dan terus-menerus berkembang ke bagian dalam. “Biasanya disebabkan oleh bakteri dan plak,” katanya. Di dalam mulut terdapat lebih dari 350 jenis kuman yang dapat menyebabkan karies.Ada beberapa macam jenis karies. “Yang menyebabkan ngilu pada gigi, jika kemasukan makanan yang agak keras atau terkena rangsangan dinginnya air es, biasanya adalah karies dentin,” tutur Edi. Sementara itu, untuk karies yang terjadi pada lapisan email, biasanya tingkat nyerinya belum begitu terasa.Karies, jelas Edi, biasa disebabkan ben tuk gigi yang tak beraturan, air liur yang banyak dan kental, serta ada nya mikroorganisme yang berko loni pada plak gigi. Plak atau kerap disebut masyarakat Indonesia dengan istilah jigong, bila lama tak dibersihkan, menjadi rumah nyaman bagi...

 

http://rol.republika.co.id/koran/205/143507/Karies_Musuh_Utamanya

In reply to 20110340033 Rinda Fitriasari

Re: Karies Gigi

by 20110340116 Sherina Nabilla Hakim -

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan tahun 2007, gigi sekitar 72,1 persen penduduk Indonesia berlubang. Selain itu, 43,4 persen penduduk yang berusia lebih dari 12 tahun mengalami karies gigi yang belum tertangani.

Data itu diungkapkan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Trisakti (Usakti), Jakarta Barat, Prof Melanie S Djamil, saat ditemui dalam acara Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2011 di FKG Usakti, Senin (26/9/2011).

Salah satu penyebab tingginya angka itu adalah kurang perhatiannya masyarakat akan kesehatan gigi mereka. "Sakit gigi terkadang dianggap sepele, dan orang tua beranggapan bahwa gigi anak mereka baik-baik saja karena tidak merasa sakit," lanjut Melanie.

Padahal dalam kondisi berlubang, gigi tidak akan merasa sakit. Rasa sakit akan datang saat lubang tersebut sampai ke syaraf gigi sehingga mengganggu proses pengunyahan, tidur, dan aktivitas anak.

Untuk mengatasi timbulnya lubang pada gigi, harusnya sejak dini orang tua membawa anak mereka ke dokter gigi. Dengan ke dokter gigi secara teratur enam bulan sekali, maka kondisi gigi dapat terpantau dengan baik.

Kebiasaan pergi ke dokter gigi sejak dini inilah, yang tidak dilakukan masyarakat. Hal itu diakui oleh, Katminah, yang mengantar anaknya Ferdi (5) untuk memeriksakan gigi dalam acara Bulan Kesehatan Gigi Nasional.

Kesempatan itu merupakan kali pertama bagi anaknya memeriksakan gigi. Sebelumnya Ferdi tidak pernah mau memeriksakan giginya ke dokter. "Baru sampai puskesmas udah takut," lanjut Katminah.

Kali ini keberanian Ferdi muncul, karena datang bersama teman-temannya. Katminah berharap di lain kesempatan anaknya mau diajak ke dokter, sehingga kesehatan giginya dapat terpantau.

In reply to 20110340033 Rinda Fitriasari

Re: Karies Gigi

by 20110340052 Novita Suciani Imaristantika -
Perlu sosialisasi lebih gencar untuk memberikan penyadaran pada masyarakat pentingnya perawatan gigi.

Indikator penilaian DMF-T gigi berlubang (karies) di Indonesia antara enam hingga delapan DMF-T atau di atas standar WHO (World Health Organizations) yang hanya tiga DMF-T.

”Angka karies gigi pada anak usia dibawah 12 tahun menurut standar WHO adalah tiga, sementara kita masih diatas angka tersebut,” kata pengamat kesehatan gigi dari FKG Universitas Hasanuddin Dr drg Andi Sumidarti Anas,MS di Makassar, hari ini.

Menurutnya sangat penting sosialisasi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah tangga.

Berkaitan dengan hal tersebut, lanjut dia, peranan dari penyuluh kesehatan khususnya dari FKG, sangatlah penting.

Dia mengatakan, salah satu upaya tersebut pada kegiatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN), sebanyak 14 FKG di Indonesia serentak melakukan sosialisasi dan pelayanan kesehatan gigi.

Khusus FKG Unhas, lanjut dia, digelar pada 22 - 24 September 2011 dengan sasaran prioritas siswa sekolah dasar.

”Namun tidak menutup pelayanan bagi orang dewasa yang memiliki masalah gigi dan mulut,” katanya.

Sementara upaya untuk menekan indeks DMF-T gigi berlubang di kalangan masyarakat, perlu peningkatan layanan kesehatan baik di rumah sakit maupun di puskesmas.

Selain itu, diperlukan sosialisasi yang lebih gencar untuk memberikan penyadaran pada masyarakat pentingnya perawatan gigi.

Alasannya, gigi yang sakit dapat menjadi sumber terjadinya penyakit secara sistematik atau memengaruhi organ tubuh lainnya turut menjadi

sakit.

http://www.beritasatu.com/articles/read/2011/9/5977/menurut-who,-karies-gigi-di-indonesia-tinggi