DISKUSI ILMIAH

resus komuda blok 22 sri dewi rahmawati syarief 20090310119

resus komuda blok 22 sri dewi rahmawati syarief 20090310119

by Sri Dewi Rahmawati -
Number of replies: 0

Seorang anak 12 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk sejak 5 hari yang lalu tanpa disertai demam. Anak tersebut oleh ibunya yang sangat khawatir dengan kondisinya saat ini. Ibu menjelaskan bahwa anaknya mempunyai riwayat penyakit plek. Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pasien didiagnosis ISPA.

  1. A. MASALAH YANG DIKAJI

Terapi apa saja yang seharusnya diberikan?

 

  1. B. ANALISIS KRITIS

Pasien dengan keluhan yang sangat umum seharusnya dilakukan anamnesis yang lebih lengkap dan mendalam. Hal itu sesuai dengan prinsip kedokteran keluarga yang mendiagnosis, dan terapi secara holistic. Anamnesis yang lengkap 80% dapat memebantu dalam menegakkan diagnosis. Diagnosis yang akurat, terapi yang tepat sangat diperlukan untuk mengobati pasien. Dalam kasus ini, diketahui bahwa pasien memiliki gejala penyakit yang umum, oleh karena itu pemeriksaan fisik sangat diperlukan untuk menunjung diagnosis. Dari hasil anamnesis diketahui bahwa ibu pasien sangat khawatir dengan kondisi anaknya karena pasien diketahui pernah mempunyai riwayat TB pada masa usia 4 tahun. Setelah penegagak diagnosis dilakukan konseling. Dari hasil konseling yang telah dilakukan didapatkan banyak informasi mengenai kondisi biologis, maupun psikologis pasien dan keluarga. Selain TB anak pasein pun pernah bronchitis dan demam. Ibu sangat khawatir terhadap anaknya yang kedua dikarenakan dirumahnya nenek pasien didiagnosis TB dan sedang dalam perawatan.

Ibu menjelaskan bahwa dia sangat khawatir mertuanya akan menularkan TB pada anaknya sehingga TB pada anaknya kambuh serta menjadi parah. Dirumahnya tinggal 5 orang yang terdiri dari nenek, ayah, ibu, anak pertama, dan pasien. Menurut pemahanan ibunya, penyakit TB merupakan penyakit yang berbahaya dan merupakan penyakit yang parah serta merupakan penyakit yang memalukan. Dari hasil konseling didapatkan adanya kesalahan persepsi dimana TB merupakan penyakit yang parah dan memalukan, serta pasien hanya mengetahui gejala TB saja.

Mispersepsi yang kita dapatkan saat konseling sangatlah perlu untuk diluruskan. Edukasi merupakan salah satu hal yang penting dalam menjaga kesehatan pasien. Dalam konseling dijelaskan bahwa TB merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman yang sebenarnya bukan dilihat dari status ekonomi namun dari hiegenitas kehidupannya sehari-hari. TB anak merupakan penyakit yang ditularkan dari orang dewasa dengan BTA positif ke anak-anak, jadi dijelaskan bahwa sebenarnya TB anak sangatlah jarang bila ditularkan dari anak/ teman sepermainannya. Hal ini membantu ibu pasien untuk mengetahui bahwa ada orang dewasa disekitarnya yang menularkan TB tersebut. Namun kejadian TB anak terjadi 8 tahun yang lalu sehingga ibu pasien lupa tentang orang dewasa yang mungkin menjadi sumber penularnya.

Dalam waktu 1 bulan kebelakang. nenek pasien mengeluh batuk-batuk selama berbulan-bulan dan setelah dilakukan pemeriksaan ternyata nenek pasien didiagnosis TB, namun hal tersebut tidak diberitahukan suaminya kepada istrinya. Ibunya mengetahui sendiri karena kecurigaannya tentang mertuanya tersebut yang sering dibawa ke RS paru di Surakarta. Dalam hal ini kita harus mengedukasi pasien segala sesuatu mengenai TB. Dalam konseling dijelaskan definisi, etiologi, gejala dan tanda, serta cara penularannya. Ibu yang khawatir tentang TB yang ditularkan oleh nenek pasien ke pasien merupakan mispersepsi yang kedua. Diketahui bahwa nenek pasien didiagnosis sudah 1 bulan yang lalu dan langsung mendapatkan pengobatan. Hal yang penting diberitahukan kepada pasien dan keluarga adalah bila seseorang terdiagnosis TB dan sudah dalam pengobatan makan 2 minggu dari pengobatan tersebut tidak akan terjadi penularan. Bila pasien mengetahui hal ini tidak akan ada mispersepsi dan konflik antara menantu dan mertua.

Riwayat penyakit keluarga menjelaskan bahwa ayah dan almarhum kakeknya memliki riwayat penyakit asma. Dari keluarga ibu pasien didapatkan keterangan bahwa kakek pasien mengalami DM dan neneknya hipertensi. Selain konseling ECM dan CEA, konseling modifikasi gaya hidup pun dilakukan, hal ini berguna untuk preventive bagi pasien dan keluarga terutama keluarga yang memiliki factor resiko. Edukasi modifikasi gaya hidup dimulai dengan hipertensi, edukasi yang ringan tentang gejala, dan penyebab sangat berguna. Ibu pasien mengakui bahwa dalam kehidupannya sehari-hari keluarga mereka jarang mengkonsumsi sayurannya, mereka lebih banyak mengkonsumsi daging. Selain hipertensi, DM dan Asthma pun hal yang penting untuk diketahui pasien dan keluarganya. Selain itu, dijelaskan pula bahwa hal penting dan mudah untuk dilaksanakan adalah kebersihan lingkungan. Dijelaskan bahwa ventilasi yang baik serta masuknya sinar matahari kedalam rumah dapat membunuh kuman-kuman TB dan bila ada orang dewasa yang didiagnosis TB harus dijelaskan bahwa dia tidak boleh meludah sembarangan.

Dalam kasus ini, keterlibatan dokter bisa sampai level 4, namun karena keterbatasan waktu dan banyaknya pasien hal itu hanya bisa dilakukan sampai level 1. Sehingga keterlibatan dokter untuk mengetahui psikologis, dan social pasien dan keluarga dapat membantu untuk pengobatan serta preventivenya. Konsep kedokteran keluargapun sangatlah berguna untuk mengetahui factor resiko-faktor resiko yang ada dalam keluarga serta dapat mengetahui dinamika keluarga.

Dalam konsep kedoketaran keluarga diagnosis harus ditegakkan dengan diagnosis kedokteran keluarga secara holistic. Selain itu, terapi yang diberikanpun harus berdasarkan konsep kedokteran keluarga. Dalam konseling, dinamika keluarga dan fungsi keluarga dapat kita nilai dengan family assessment tools yang terdiri dari genogram, family life cycle, family map, family life line, family APGAR, dan family SCREEM.